Sabtu, 19 Juni 2010

Radang

BAB II
RADANG

A. Definisi Radang Menurut Beberapa Sumber
Radang adalah reaksi lokal dari suatu jaringan tubuh terhadap jejas (injury). Reaksi ini dapat diakibatkan oleh berbagai macam infeksi mikrobial, zat kimia, jaringan nekrotik (mati), dan reaksi imunologi.

Peradangan adalah tanggapan kekebalan yang mengakibatkan cedera atau infeksi yang menyebabkan rasa sakit, kemerahan, panas, dan bengkak di daerah yang terkena dampak. Panas yang dihasilkan dari peradangan karena meningkatnya sirkulasi sebagai sel darah putih dan bahan kimia yang rushed untuk melindungi kami dari luar invaders, allergens, toxins atau infeksi. Common allergens yang memproduksi adalah peradangan pollens, perekat dalam gandum, susu sapi, dan ragi dari barang dipanggang, bir dan anggur. Radang dapat juga akibat cedera. Hal itu dapat membuat langu sensations seperti sendi yang bengkak terasa panas, rasa sakit, kaku, demam, panas dingin, kelelahan, sakit kepala dan kekakuan otot.
Sedangkan menurut www.footphysicians.com, peradangan merupakan respon pertahanan tubuh yang normal karena suatu luka, iritasi, maupun pembedahan. Proses pertahanan alami ini, meningkatkan arus darah yang dipompa ke area yang dituju, menghasilkan kumpulan cairan. Sebagai respon pertahanan tubuh yang terakhir, gejala peradanganpun meningkat, termasuk :
• Pembengkakan
• Rasa sakit
• Peningkatan suhu dan pemerahan kulit
Selain itu menurut www.footphysicians.com Yang dapat menyebabkan peradangan yaitu karena adanya :
• Luka bakar
• Iritasi kimia
• Radang karena kedinginan
• Racun
• Infeksi disebabkan patogen
• Nekrosis
• Radiasi
• Benda asing

Radangan adalah respon biologic yang komplek dari jaringan vaskular pada rangsangan, seperti patogen, sel rusak, atau iritasi. Peradangan tidak sama dengan infeksi. Bahkan di kasus peradangan yang disebabkan infeksi, tidak dibenarkan untuk memakai istilah ini, perbedaannya adalah kalau infeksi disebabkan pathogen eksogen, sedangkan peradangan adalah respon organisme terhadap pathogen.
Dalam peradangan, luka dan infeksi, tidak akan pernah disembuhkan dan progres penghancuran dari jaringan akan menyelesaikan organisme yang bertahan hidup. Bagaimanapun juga, peradangan yang tak terkontrol, dapat juga menjadi penyakit, seperti sakit tenggorokan, atherosclerosis, rheumatoid arthritis. Ini merupakan dalih bahwa normalnya di atur oleh tubuh.
Panas dalam bisa jadi gejala awal peradangan serius. Penyebabnya bisa bakteri ataupun virus. Peradangan, menurut www.medterms.com, ialah cara paling dasar dan paling alami dilakukan tubuh manusia sebagai reaksi terhadap infeksi, iritasi dan lika-luka tubuh lain.
Tampilan utama dari peradangan biasanya berupa bagian tubuh yang kemerahan, terasa peningkatan temperature pada beberapa bagian tubuh, pembengkakan dan munculnya rasa nyeri. Peradangan termasuk juga jenis respons kekebalan nonspesifik.
Dalam www.clevelandclinic.org disebutkan, peradagangan merupakan proses saat sel darah putih bersama-sama dengan bahan-bahan kimiawi dalam tubuh melindungi tubuh dari infeksi dan substansi-substansi asing, seperti bakteri dan virus. Pada beberapa kasus, system kekebalan tubuh memancing respons berupa peradangan, padahal tidak ada substansi asing yang harus dilawan. Pada kasus seperti itu, sistem perlindungan tubuh justru bisa mengakibatkan kerusakan pada jaringannya sendiri.
Radang adalah Respon atau reaksi protektif setempat yang ditimbulkan oleh cedera atau kerusakan jaringan tubuh karena suatu rangsangan, yang berfungsi menghancurkan, mengurangi atau mengurung, baik agen pencedera maupun jaringan yang cedera.
Saat peradangan terjadi, bahan-bahan kimiawi dilepaskan dari sel darah putih menuju jaringan darah atau jaringan tubuh yang dimasuki substansi asing. Pelepasan bahan kimiawi tersebut akan mengakibatkan peningkatan volume aliran darah menuju bagian yang dimasuki sustansi asing itu. Hal itu bisa menyebabkan kemerahan dan peningkatan temperaturdi darah tersebut.
Beberapa zat kimia bahkan bisa bocor hingga memenuhi jaringan yang dimasuki zat asing, kemudian membengkak. Proses peradangan juga dapat merangsang syaraf perasa sakit sehingga menimbulkan rasa nyeri.

B. Pengertian Radang Dan Proses Terjadinya Radang
Bila sel-sel atau jaringan tubuh mengalami cedera atau mati, selama hospes tetap hidup ada respon yang menyolok pada jaringan hidup disekitarnya. Respon terhadap cedera ini dinamakan peradangan. Yang lebih khusus peradangan adalah reaksi vascular yang hasilnya merupakan pengiriman cairan, zat-zat yang terlarut dan sel-sel dari sirkulasi darah ke jaringan-jaringan interstitial pada daerah cedera atau nekrosis.
Peradangan sebenarnya adalah gejala yang menguntungkan dan pertahanan, hasilnya adalah netralisasi dan pembuangan agen penyerang,penghancuran jaringan nekrosis dan pembentukan keadaan yang dibutuhkan untuk perbaikan dan pemulihan. Reaksi peradangan itu sebenarnya adalah peristiwa yang dikoordinasi dengan baik yang dinamis dan kontinyu. Untuk menimbulkan reaksi peradangan maka jaringan harus hidup dan khususnya harus memiliki mikrosirkulasi fungsional.
Jadi yang dimaksud dengan radang adalah rangkaian reaksi yang terjadi pada tempat jaringan cedera.
Pada proses peradangan terjadi pelepasan histamine dan zat-zat humoral lain kedalam cairan jaringan sekitarnya.
Akibat dari sekresi histamine tersebut berupa:
1. Peningkatan aliran darah lokal.
2. Peningkatan permeabilitas kapiler.
3. Perembesan ateri dan fibrinogen kedalam jaringan interstitial.
4. Edema ekstraseluler lokal.
5. Pembekuan cairan ekstraseluler dan cairan limfe.
Peradangan dapat juga dimasukkan dalam suatu reaksi non spesifik, dari hospes terhadap infeksi.
Adapun kejadiannya sebagai berikut: pada setiap luka pada jaringan akan timbul reaksi inflamasi atau reaksi vaskuler.Mula-mula terjadi dilatasi lokal dari arteriole dan kapiler sehingga plasma akan merembes keluar. Selanjutnya cairan edema akan terkumpul di daerah sekitar luka, kemudian fibrin akan membentuk semacam jala, struktur ini akan menutupi saluran limfe sehingga penyebaran mikroorganisme dapat dibatasi.Dalam proses inflamasi juga terjadi phagositosis, mula-mula phagosit membungkus mikroorganisme, kemudian dimulailah digesti dalam sel. Hal ini akan mengakibatkan perubahan pH menjadi asam. Selanjutnya akan keluar protease selluler yang akan menyebabkan lysis leukosit.Setelah itu makrofag mononuclear besar akan tiba di lokasi infeksi untuk membungkus sisa-sisa leukosit.Dan akhirnya terjadilah pencairan (resolusi) hasil proses inflamasi lokal.
Cairan kaya protein dan sel darah putih yang tertimbun dalam ruang ekstravaskular sebagai akibat reaksi radang disebut eksudat.
Peran dan fungsi dari perdangan:
1. Siapnya tentara untuk memfagosit (makan) seperti leukosit PoliMorfoNuklear (PMN) dan makrofag
2. Terbentuknya berbagai macam antibodi (berhubungan dengan limfosit B)
3. Menetralisasi dan mencairkan iritan (dengan edema)
4. Membatasi perluasan inflamasi (dengan pembentukan fibrin, fibrosis, dan akan membuat jaringan granulamasi)-- (Wall-off process)
5. Penyembuhan
Kerugian jika terjadi peradangan :
1. Terjadi reaksi hipersensitivitas
2. Kerusakan organ progresif
3. Adanya jaringan parut (scar)

C. Perbedaan Eksudat dan Transudat
Eksudat adalah cairan radang ekstravaskular dengan berat jenis tinggi (diatas 1.020) dan seringkali mengandung protein 2-4 mg % serta sel-sel darah putih yang melakukan emigrasi.Cairan ini tertimbun sebagai akibat permeabilitas vascular (yang memungkinkan protein plasma dengan molekul besar dapat terlepas), bertambahnya tekanan hidrostatik intravascular sebagai akibat aliran lokal yang meningkat pula dan serentetan peristiwa rumit leukosit yang menyebabkan emigrasinya.
Transudat adalah cairan dalam ruang interstitial yang terjadi hanya sebagai akibat tekanan hidrostatik atau turunnya protein plasma intravascular yang meningkat (tidak disebabkan proses peradangan/inflamasi).Berat jenis transudat pada umumnya kurang dari 1.012 yang mencerminkan kandungan protein yang rendah. Contoh transudat terdapat pada wanita hamil dimana terjadi penekanan dalam cairan tubuh.
Jenis-Jenis Eksudat diantaranya adalah :
1. Eksudat non seluler
a. Eksudat serosa
Pada beberapa keadaan radang, eksudat hampir terdiri dari cairan dan zat-zat yang terlarut dengan sangat sedikit leukosit. Jenis eksudat nonseluler yang paling sederhana adalah eksudat serosa,yang pada dasamya terdiri dari protein yang bocor dari pembuluh-pembuluh darah yang permiable dalam daerah radang bersama-sama dengan cairan yang menyertainya. Contoh eksudat serosa yang paling dikenal adalah cairan luka melepuh.

b. Eksudat fibrinosa
Jenis eksudat nonseluler yang kedua adalah eksudat fibrinosa yang terbentuk jika protein yang dikeluarkan dari pembuluh dan terkumpul pada daerah peradangan yang mengandung banyak fibrinogen. Fibrinogen ini diubah menjadi fibrin, yang berupa jala jala lengket dan elastic (barangkali lebih dikenal sebagai tulang belakang bekuan darah). Eksudat fibrinosa sering dijumpai diatas permukaan serosa yang meradang seperti pleura dan pericardium dimana fibrin diendapkan dipadatkan menjadi lapisan kasar diatas membran yang terserang. Jika lapisan fibrin sudah berkumpul di permukaan serosa,sering akan timbul rasa sakit jika terjadi pergeseran atas permukaan yang satu dengan yang lain. Contoh pada penderita pleuritis akan merasa sakit sewaktu bernafas, karena terjadi pergesekan sewaktu mengambil nafas.

c. Eksudat musinosa (Eksudat kataral)
Jenis eksudat ini hanya dapat terbentuk diatas membran mukosa, dimana terdapat sel-sel yang dapat mengsekresi musin. Jenis eksudat ini berbeda dengan eksudat lain karena eksudat ini merupakan sekresi set bukan dari bahan yang keluar dari aliran darah. Sekresi musin merupakan sifat normal membran mukosa dan eksudat musin merupakan percepatan proses dasar fisiologis.Contoh eksudat musin yang paling dikenal dan sederhana adalah pilek yang menyertai berbagai infeksi pemafasan bagian atas.

2. Eksudat Seluler
Eksudat netrofilik
Eksudat yang mungkin paling sering dijumpai adalah eksudat yang terutama terdiri dari neutrofil polimorfonuklear dalam jumlah yang begitu banyak sehingga bagian cairan dan protein kurang mendapat perhatian. Eksudat neutrofil semacam ini disebut purulen. Eksudat purulen sangat sering terbentuk akibat infeksi bakteri.lnfeksi bakteri sering menyebabkan konsentrasi neutrofil yang luar biasa tingginya di dalam jaringan dan banyak dari sel-sel ini mati dan membebaskan enzim-enzim hidrolisis yang kuat disekitarnya. Dalam keadaan ini enzim-enzim hidrolisis neutrofil secara haraf ah mencernakan jaringan dibawahnya dan mencairkannya. Kombinasi agregasi netrofil dan pencairan jaringan-jaringan di bawahnya ini disebut suppuratif,atau lebih sering disebut pus/nanah.
Jadi pus terdiri dari :
- neutrofil pmn. yang hidup dan yang mati neutrofil pmn. yang hancur
- hasil pencairan jaringan dasar (merupakan hasil pencernaan)
- eksudat cair dari proses radang
- bakteri-bakteri penyebab
- nekrosis liquefactiva.

3. Eksudat Campuran
Sering terjadi campuran eksudat seluler dan nonseluler dan campuran ini dinamakan sesuai dengan campurannya.Jika terdapat eksudat fibrinopurulen yang terdiri dari fibrin dan neutrofil polimorfonuklear,eksudat mukopurulen, yang terdiri dari musin dan neutrofil, eksudat serofibrinosa dan sebagainya.
Luka Bakar Mudah Terjadi Septikhemi. Pada luka bakar saluran-saluran limfe tetap terbuka yaitu karena jaringan yang terbakar tidak menimbulkan tromboplastin sehingga tidak terjadi kooagulasi eksudat. Jika aliran cairan limfe tidak tersumbat akan memudahkan menyebarkan kuman-kuman sehingga masuk dalam sirkulasi darah dan terjadi septikhemi.

D. Reaksi sel pada radang
Leukositosis terjadi bila ada jaringan cedera atau infeksi sehingga pada tempat cedera atau radang dapat terkumpul banyak leukosit untuk membendung infeksi atau menahan microorganisme menyebar keseluruh jaringan.
Leukositosis ini disebabkan karena produksi sumsum tulang meningkat, sehingga jumlahnya dalam darah cukup untuk emigrasi pada waktu terjadi cedera atau radang. Karena itu banyak leukosit yang masih muda dalam darah, dalam pemeriksaan laboratorium dikatakan pergeseran ke kiri

E. Jenis-Jenis Leukosit Dan Masing-Masing Fungsinya Dalam Peradangan:
Leukosit yang bersirkulasi dalam aliran darah dan emigrasi ke dalam eksudat peradangan berasal dari sumsum tulang, di mana tidak saja leukosit tetapi juga sel-sel darah merah dan trombosit dihasilkan secara terus memenerus.Dalam keadaan normal, di dalam sumsum tulang dapat ditemukan banyak sekali leukosit yang belum matang dari berbagai jenis dan "pool" leukosit matang yang ditahan sebagai cadangan untuk dilepaskan ke dalam sirkulasi darah. Jumlah tiap jenis leukosit yang bersirkulasi dalam darah perifer dibatasi dengan ketat tetapi diubah "sesuai kebutuhan" jika timbul proses peradangan. Artinya, dengan rangsangan respon peradangan, sinyal umpan balik pada sumsum tulang mengubah laju produksi dan pengeluaran satu jenis leukosit atau lebih ke dalam aliran darah.
1. Granulosit.
Terdiri dari : neutrofil, eosinofil, dan basofil.
Dua jenis leukosit lain ialah monosit dan limposit, tidak mengandung banyak granula dalam sitoplasmanya.
a) Neutrofil, Sel-sel pertama yang timbul dalam jumlah besar di dalam eksudat pada jamjam pertama peradangan adalah neutrofil.Inti dari sel ini berlobus tidak teratur atau polimorf. Karena itu sel-sel ini disebut neutrofil polimorfonuklear (pmn) atau "pool". Sel-sel ini memiliki urutan perkembangan di dalam sumsum tulang, perkembangan ini kira-kira memerlukan 2 minggu. Bila mereka dilepaskan ke dalam sirkulasi darah, waktu paruhnya dalam sirkulasi kira-kira 6 jam. Per millimeter kubik darah terdapat kira-kira 5000 neutrofil, kira-kira 100 kali dari jumlah ini tertahan dalam sumsum tulang sebagai bentuk matang yang siap untuk dikeluarkan bila ada sinyal.
Granula yang banyak sekali terlihat dalam sitoplasma neutrofil sebenarnya merupakan paket-paket enzim yang terikat membran yaitu lisosom, yang dihasilkan selama pematangan sel. Jadi neutrofil pmn yang matang adalah kantong yang mengandung banyak enzim dan partikel-partikel antimicrobial. Neutrofil pmn mampu bergerak aktif dan mampu menelan berbagai zat dengan proses yang disebut fagositosis. Proses fagositosis dibantu oleh zat-zat tertentu yang melapisi obyek untuk dicernakan dan membuatnya lebih mudah dimasukkan oleh leukosit. Zat ini dinamakan opsonin. Setelah mencernakan partikel dan memasukkannya ke dalam sitoplasma dalam vakuola fagositosis atau fagosom, tugas berikutnya dari leukosit adalah mematikan partikel itu jika partikel itu agen microbial yang hidup, dan mencernakannya. Mematikan agen-agen yang hidup itu diselesaikan melalui berbagai cara yaitu perubahan pH dalam sel setelah fagositosis, melepaskan zat-zat anti bakteri. Pencernaan partikel yang terkena fagositosis itu umumnya diselesaikan di dalam vakuola dengan penyatuan lisosom dengan fagosom. Enzim-enzim pencernaan yang sebelumnya tidak aktif sekarang diaktifkan di dalam fagolisosom, mengakibatkan pencernaan obyek secara enzimatik.
b) Eosinofil, Merupakan jenis granulosit lain yang dapat ditemukan dalam eksudat peradangan, walaupun dalam jumlah yang lebih kecil. Eosinofil secara fungsional akan memberikan respon terhadap rangsang kemotaksis khas tertentu yang ditimbulkan pada perkembangan allergis dan mereka mengandung enzim-enzim yang mampu menetralkan efek-efek mediator peradangan tertentu yang dilepaskan dalam reaksi peradangan semacam itu.
c) Basofil, Berasal dari sumsum tulang yang juga disebut mast sel/basofil jaringan. Granula dari jenis sel ini mengandung berbagai enzim, heparin, dan histamin. Basofil akan memberikan respon terhadap sinyal kemotaksis yang dilepaskan dalam perjalanan reaksi immunologis tertentu. Dan basofil biasanya terdapat dalam jumlah yang sangat kecil dalam eksudat.
Basofil darah dan mast sel jaringan dirangsang untuk melepas granulanya pada berbagai keadaan cedera, termasuk reaksi immunologis maupun reaksi non spesifik.Dalam kenyataannya mast sel adalah sumber utama histamin pada reaksi peradangan.

2. Monosit
Adalah bentuk leukosit yang penting. Pada reaksi peradangan monosit akan bermigrasi, tetapi jumlahnya lebih sedikit dan kecepatannya lebih lambat. Karena itu, pada jam jam pertama peradangan relative sedikit terdapat monosit dalasn eksudat. Namun makin lama akan makin bertambah adanya monosit dalam eksudat. Sel yang sama yang dalam aliran darah disebut monosit, kalau terdapat dalam eksudat disebut makrofag. Ternyata, jenis sel yang sama ditemukan dalam jumlah kecil melalui jaringan penyambung tubuh walaupun tanpa peradangan yang jelas. Makrofag yang terdapat dalam jaringan penyambung ini disebut histiosit. Dengan banyak hal fungsi makrofag sangat mirip dengan fungsi neutrofil pmn. dimana makrofag akan bergerak secara aktif yang memberi respon terhadap stimulasi kemotaksis, fagosit aktif dan mampu mematikan serta mencernakan berbagal agen. Ada perbedaan penting antara makrofag dan neutrofil, dimana siklus kehidupan makrofag lebih panjang, dapat bertahan berminggu-minngu atau bahkan berbulan-bulan dalam jaringan dibanding dengan neutrofil yang berumur pendek. Selain itu waktu monosit memasuki aliran darah dari sumsum tulang dan waktu memasuki jaringan dari aliran darah, ia belum matang betul seperti halnya neutrofil. Karena neutrofil dalam jaringan dan aliran darah sudah mengalami pematangan (sudah matang), sehingga ia tidak mampu melakukan pembelahan sel dan juga tidak mampu melakukan sintesis enzim-enzim pencenna. Pada monosit dapat dirangsang untuk membelah dalam jaringan, dan mereka mampu memberi respon terhadap keadaan lokal dengan mensintesis sejumlah enzim intrasel. Kemampuan untuk menjalani "on the.job training", ini adalah suatu sifat makrofag yang vital, khususnya pada reaksireaksi immunologis tertentu. Selain itu makrofag-makrofag dapat mengalami perubahan bentuk, selama mengalami perubahan itu, mereka menghasilkan seI-se1 secara tradisional disebut sel epiteloid. Makrofag juga mampu bergabung membentuk sel raksasa berinti banyak disebut giant cell.
Walaupun makrofag merupakan komponen penting dalam eksudat namun mereka tersebar secara luas dalam tubuh, dalam keadaan normal dan disebut sebagai system reticuloendotelial atau RES (Reticulo Endotelial System), yang mempunyai sifat fagositosis, termasuk juga dalam hati, sel tersebut dikenal sebagai sel kupffer. Fungsi utama makrofag sebagai pembersih dalam darah ataupun seluruh jaringan tubuh.Fungsi RES yang sehari-hari penting menyangkut pemrosesan haemoglobin sel darah merah yang sudah mencapai akhir masa hidupnya. Sel-sel ini mampu memecah Hb menjadi suatu zat yang mengandung besi dan zat yang tidak mengandung besi. Besinya dipakai kembali dalam tubuh untuk pembuatan sel-sel darah merah lain dalam sumsum tulang dan zat yang tidak mengandung besi dikenal sebagai bilirubin, di bawa ke dalam aliran darah ke hati, dimana hepatosit mengekstrak bilirubin dari aliran darah dan mengeluarkannya sebagai bagian dari empedu.
3. Limposit
Umumnya terdapat dalam eksudat hanya dalam jumlah yang sangat kecil,meskipu eksudat sudah lama terbentuk yaitu sampai reaksi-reaksi peradangan menjadi kronis.

F. Tanda-Tanda Kardinal Peradangan
Pada peristiwa peradangan akut dapat dilihat tanda-tanda pokok (gejala kardinal) yaitu sebagai berikut :.
1). Rubor (kemerahan)
Rubor atau kemerahan biasanya merupakan hal pertama yang terlihat di daerah yang mengalami peradangan. Waktu reaksi peradangan mulai timbul maka arteriol yang mensupali daerah tersebut melebar, dengan demikian lebih banyak darah mengalir ke dalam mikrosirkulasi lokal. Kapiler-kapiler yang sebelumnya kosong atau sebagian saja yang meregang dengan cepat terisi penuh dengan darah. Keadaan ini yang dinamakan hyperemia atau kongesti,menyebabkan warna merah lokal karena peradangan akut. Timbulnya hyperemia pada permulaan reaksi peradangan diatur oleh tubuh baik secara neurogenik maupun secara kimia,melalui pengeluaran zat seperti histamin.

2). Kalor (panas)
Kalor atau panas terjadi bersamaan dengan kemerahan dari reaksi peradangan yang hanya terjadi pada permukaan tubuh, yang dalam keadaan normal lebih dingin dari -37 °C yaitu suhu di dalam tubuh. Daerah peradangan pada kulit menjadi lebih panas dari sekelilingnya sebab darah yang disalurkan tubuh kepermukaan daerah yang terkena lebih banyak daripada yang disalurkan kedaerah normal. Fenomena panas lokal ini tidak terlihat pada daerah-daerah yang terkena radang jauh di dalam tubuh, karena jaringan-jaringan tersebut sudah mempunyai suhu inti 37°C, hyperemia lokal tidak menimbulkan perubahan.
3). Dolor (rasa sakit)
Dolor atau rasa sakit, dari reaksi peradangan dapat dihasilkan dengan berbagai cara. Perubahan pH lokal atau konsentrasi lokal ion-ion tertentu dapat merangsang ujung-ujung saraf. Hal yang sama, pengeluaran zat kimia bioaktif lainnya dapat merangsang saraf. Selain itu, pembengkakan jaringan yang meradang mengakibatkan peningkatan tekanan lokal yang tanpa diragukan lagi dapat menimbulkan rasa sakit.
4). Tumor (pembengkaan)
Segi paling menyolok dari peradangan akut mungkin adalah pembengkaan lokal (tumor). Pembengkaan ditimbulkan oleh pengiriman cairan dan sel-sel dari sirkulasi darah ke jaringan-jaringan interstitial. Campuran dari cairan dan sel yang tertimbun di daerah peradangan disebut eksudat. Pada keadaan dini reaksi peradangan sebagian besar eksudat adalah cair, seperti yang terjadi pada lepuhan yang disebabkan oleh luka bakar ringan. Kemudian sel-sel darah putih atau leukosit meninggalkan aliran darah dan tertimbun sebagai bagian dari eksudat.
5). Fungsio laesa (perubahan fungsi)
Fungsio laesa atau perubahan fungsi adalah reaksi peradangan yang telah dikenal. Sepintas lalu, mudah dimengerti, mengapa bagian yang bengkak, nyeri disertai sirkulasi abnormal dart lingkungan kimiawi lokal yang abnormal, berfungsi secara abnormal. Namun sebetulnya kita tidak mengetahui secara mendalam dengan cara apa fungsi jaringan yang meradang itu terganggu.
Selain itu beberapa gejala peradangan biasanya ditandai timbulnya kemerahan pada bagian tubuh tertentu, peningkatan suhu, nyeri persendian atau rasa kaku pada sendi. Biasanya, peradangan meliputi beberapa gejala yang mirip flu biasa, seperti demam, kedinginan, rasa lelah, kekurangan tenaga, pusing-pusing, kehilangan selera makan dan otot kaku. Tampaknya gejala-gejala itu yang kemudian diistilahkan dengan panas dalam oleh Masyarakat awam di Indonesia.
Para ahli medis mengingatkan gejala panas dalam yang terjadi berulang kali sebaiknya dicermati. Sebab, peradangan yang mungkin diawali dengan persepsi panas dalam bisa saja mempengaruhi organ-organ dalam tubuh. Misalnya peradangan hati, ginjal dan ususyang juga ditandai dengan kram di perut yang disertai diare.
Penyebab Radang dapat ditimbulkan oleh rangsangan : fisik, kimiawi, biologis atau kombinasi ketiga agen tersebut.
Ciri-ciri umum bila terserang radang, yaitu :
1. Rubor-- Merah
2. Kalor-- Panas
3. Dolor-- Nyeri
4. Tumor-- Pembengkakan
5. Functio Lesi-- disfungsi organ
Ciri-ciri genesis radang ; Seperti terjadinya cedera jaringan yang menyebabkan degenerasi/nekrose (terlepasnya hisatamine dan mediator lain menyebabkan nyeri). Dilatasi kapiler (menyebabkan merah dan panas) terkumpulnya cairan plasma, sel darah, dan sel jaringan tempat radang disertai poliferasi jaringan makrofag (menyebakan tumor dan disfungsi organ) terjadi perang (fagositosis) dan terjadi perubahan imunologik
Reaksi radang secara lokal yaitu ; dengan Vaskuler, humoral, seluler, neurologik. Implementasi gejala klinis tergantung dimana zat iritan menginfeksi, seperti bakteri menginfeksi GIT bisa terjadi mual dan muntah.
Selain itu radang juga bisa terjadi atau disebabkan karena adanya pengaruh dari mediator kimia, yaitu seperti:
1. Vasodilatasi: histamine, bradikinin, prostaglandin
2. Permeabilitas Kapiler: bradikinin, C3a, C5a, leukotrine, PAF
3. Kemotaksis: C5a, leukotrine, produk kuman, cytokine
4. Marginasi leukosit: C4a, leukotrine
5. Demam: prostaglandine, pirogen endogen
6. Rasa Sakit: bradikinin, protaglandin
G. Berbagai bentuk Dan Jenis Radang
Bentuk Radang
Peradangan dapat diklasifikasikan menjadi akut dan kronik. Radang akut adalah respon tubuh terhadap rangsangan yang merusak dan diselesaikan oleh pergerakan plasma dan leukosit dari vaskuler ke jaringan yang rusak. Proses ini merupakan perluasan dan pematangan respon peradangan, termasuk sistem vaskular dan imun sekitar serta berbagai macam sel di dalam jaringan yang terluka tersebut. Peradangan yang lama juga disebut dengan peradangan kronik. Radang akut berlangsung cepat, singkat dan biasanya bersifat berat. Radang kronik bersifat menetap, berlangsung untuk suatu periode yang panjang. Proses radangnya dapat dimulai agak cepat atau secara lambat dan pada kasus-kasus tertentu dapat berlangsung beberapa bulan atau beberapa tahun. Radang kronik juga dapat merupakan kelanjutan bentuk akut atau bentuk derajat yang berkepanjangan dan biasanya menimbulkan kerusakan jaringan yang menetap.
Perbedaan peradangan akut dan kronik adalah :
a) Akut Kronik
b) Agent penyebab Patogen, jaringan rusak Inflamasi dari patogen,benda asing, autoimun
c) Sel yang terlibat PMN, monosit,makrofag,mononuclear Mononuclear, fibroblas
d) Media primer Vasoaktif amine IFN gamma,sitokin
e) Onset Pertengahan Lamban
f) Durasi Singkat Lamban
g) Efek Penyembuhan, radang kronik Perusakan jaringan
Radang dapat dibagi menjadi 3 tiga bagian yaitu :
1. Radang Akut ; Infeksi kuku yang tumbuh ke dalam memperlihatkan karakteristik kemerahan dan bengkak yang diikuti radang akut.
Radang akut, proses pendek yang ditandai dengan tanda klasik dari peradangan- bengkak, kemerahan, nyeri, panas, dan kehilangan fungsi-ketika terjadinya infiltrasi jaringan oleh leukosit dan plasma. Ini terjadi selama stimulus luka ada dan berhenti ketika stimulus telah di hilangkan, rusak, ataupun ditutup oleh fibrosis.
Proses peradangan akut ini diinisiasi oleh darah yang menuju tempat terjadinya luka, yang memindahkan protein plasma dan leukosit-leukosit (eksudat) dalam jaringan. Peningkatan aliran cairan yang menuju jaringan akan menyebabkan bengkak yang diikuti inflamasi semasih system limfatik tidak dapat mengkompensasi, dan meningkatnya aliran darah ke area, menyebabkan merah dan panasnya daerah inflamasi tersebut.
Tanda-tanda klasik pada peradangan akut adalah sebagai berikut :
a) Rubor-Kemerahan
b) Calor-Panas
c) Tumor-Bengkak
d) Dolor-Nyeri
e) Functio laesa-Hilang fungsi
2. Sub Akut Radang sub akut mempunyai sifat diantara radang akut dan kronik. Pada radang sub akut mempunyai tanda-tanda yang khas yaitu: dolor, rubbor, color, tumor, fungsiolesa.
3. Radang Kronik: Non Spesifik & Granulamentosa adalah kondisi patologis yang ditandai dengan inflamasi yang aktif, penghancuran jaringan, perbaikan. Radang kronik tidak ditandai dengan tanda klasik yang dimiliki radang akut. Karena, jaringan yang mengalami radang akut diinfiltrasi oleh mononuclear sel imun (monosit, makrofag, limfosit, dan plasma sel) penghancuran jaringan, dan mengalami penyembuhan, termasuk juga angiogenesisbdan fibrosis.
Fakor endogen menyebabkan radang akut. Sedangkan factor eksogen menyebabkan variasi termasuk infeksi bakteri, khususnya Mycobacterium Tuberculosis. Proses yang lama juga disebabkan oleh agent kimiawi, seperti silica, asap rokok, maupun respon autoimun seperti rheumatoid arthtritis.
Dalam radang akut, pembuangan stimulus penghentian penarikan monosit ke dalam jaringan yang mengalami peradangan dan pengeluaran melalui limfatik. Sedangkan jaringan yang mengalami peradangan kronik memiliki stimulus tersebut yang menetap, maka dari itu, perekruitan monosit sangat dipertahankan, makrofag yang sudah ada tetap di tempat, dan proliferasi dari makrofag tetap di rangsang.
Contoh ketidaknormalan inflamasi, yaitu seperti :
1. Asma
2. Autoimun
3. Radang kronik
4. Prostatitis kronik
5. Glomerulonephritis
6. Hipersensitivitis
7. Radang perut
8. Radang pelvis
9. Rheumatoid Arthtritis
10. Penolakan transplantasi
11. Vaskulitis
Bentuk peradangan dapat timbul didasarkan atas jenis eksudat yang terbentuk, organ atau jaringan tertentu yang terlibat, dan lamanya proses peradangan. Tata nama proses peradangan memperhitungkan masing-masing variable ini. Berbagai eksudat diberi nama deskriptif. Lamanya respon peradangan disebut akut;disebut kronik jika ada bukti perbaikan yang sudah lanjut bersama dengan dumadhsi;dan disebut subakut jika ada bukti awal perbaikan bersama dengan eksudasi. Lokasi reaksi peradangan disebut dengan akhiran -it is yang ditambahkan pada nama organ (misalnya; apendisitis, tonsillitis).

Jenis Radang
Misalnya: radang kataral, radang pseudomembran, ulkus, abses, flegmon, radang purulen, suppurativaa dan lain-lain.
a) Radang Kataral , Terbentuk diatas permukaan membran mukosa,dimana terdapat sel-sel yang dapat mensekresi musin. Eksudat musin yang paling banyak dikenal adalah puck yang menyertai banyak infeksi pernafasan bagian atas.
b) Radang Pseudomembran, Istilah ini dipakai untuk reaksi radang pada permukaan selaput lendir yang ditandai dengan pembentukan eksudat berupa lapisan selaput superficial, mengandung agen penyebab, endapan fibrin, sel-sel nekrotik aktif dan sel-sel darah putih radang.Radang membranosa sering dijumpai dalam orofaring, trachea,bronkus, dan traktus gastrointestinal.
c) Ulkus. Terjadi apabila sebagian permukaan jaringan hilang sedangkan jaringan sekitarnya meradang.
d) Abses, Abses adalah lubang yang terisi nanah dalam jaringan. Abses adalah lesi yang sulit untuk diatasi oleh tubuh karena kecenderungannya untuk meluas dengan pencairan, kecenderungannya untuk membentuk lubang dan resistensinya terhadap penyembuhan. Jika terbentuk abses, maka obat-obatan seperti antibiotik dalam darah sulit masuk ke dalam abses. Umumnya penanganan abses oleh tubuh sangat dibantu oleh pengosongannya secara pembedahan, sehingga memungkinkan ruang yang sebelumnya berisi nanah mengecil dan sembuh. Jika abses tidak dikosongkan secara pembedahan oleh ahli bedah, maka abses cenderung untuk meluas, merusak struktur lain yang dilalui oleh abses tersebut.
e) Flegmon, Flegmon: radang purulen yang meluas secara defuse pada jaringan.
f) Radang Purulent, Terjadi akibat infeksi bakteri.terdapat pada cedera aseptik dan dapat terjadi dimana-mana pada tubuh yang jaringannya telah menjadi nekrotik.
g) Radang supuratif, Gambaran ini adalah nekrosis liqeuvaktifa yang disertal emigrasi neutrofil dalam jumlah banyak.Infeksi supuratif local disebabkan oleh banyak macam bakteri yang secara kolektif diberi nama piogen (pembentukan nanah).Yang termasuk piogen adalah stafilokokkus,banyak basil gram negatif. Perbedaan penting antara radang supuratif dan radang purulen bahwa pada radang supuratif terjadi nekrosis liquefaktiva dari jaringan dasar. Nekrosis liquefaktiva adalah jaringan nekrotik yang sedikit demi sedikit mencair akibat enzim.

H. Aspek/Reaksi Sistemik Pada Peradangan
Reaksi sistemik yang menyertai reaksi local pada peradangan diantaranya adalah
1. Demam. Yang merupakan akibat dari pelepasan zat pirogen endogen yang berasal dari neutrofil dan makrofag. Selanjutnya zat tersebut akan memacu pusat pengendali suhu tubuh yang ada dihypothalamus.
2. Perubahan hematologis. Rangsangan yang berasal dari pusat peradangan mempengaruhi proses maturasi dan pengeluaran leukosit dari sumsum tulang yang mengakibatkan kenaikan suatu jenis leukosit, kenaikan ini disebut leukositosis. Perubahan protein darah tertentu juga terjadi bersamaan dengan perubahan apa yang dinamakan laju endap darah.
3. Gejala konstitusional. Pada cedera yang hebat, terjadi perubahan metabolisme dan endokrin yang menyolok. Akhirnya reaksi peradangan local sering diiringi oleh berbagai gejala konstitusional yang berupa malaise, anoreksia atau tidak ada nafsu makan dan ketidakmampuan melakukan sesuatu yang beratnya berbeda-beda bahkan sampai tidak berdaya melakukan apapun.
Perbedaan Radang Dengan Infeksi adalah ; Peradangan dan infeksi itu tidak sinonim.Pada infeksi ditandai adanya mikroorganisme dalam jaringan, sedang pada peradangan belum tentu, karena banyak peradangan yang tejadi steril sempurna.Jadi infeksi hanyalah merupakan sebagian dari peradangan.

I. Nasib Radang Dan Pemulihan Jaringan Pada Radang
Dengan adanya reaksi peradangan, maka hasil perbaikan yang paling menggembirakan yang dapat diperoleh adalah, jika terjadi hanya sedikit kerusakan atau tidak ada kerusakan jaringan di bawahnya sama sekali. Pada keadaan semacam itu jika agen penyerang sudah dinetralkan dan dihilangkan. Pembuluh darah kecil di daerah itu memperoleh kembali semipermeabilitasnya, aliran cairan berhenti dan emigrasi leukosit dengan cara yang sama juga berhenti. Cairan yang sebelumnya sudah dieksudasikan sedikit demi sedikit diserap oleh pembuluh limfe dan sel-sel eksudat mengalami disintegrasi dan keluar melalui pembuluh limfe atau benar-benar dihilangkan dari tubuh. Hasil akhir dari proses ini adalah penyembuhan jaringan yang meradang jaringan tersebut pulih seperti sebelum reaksi. Gejala ini disebut resolusi.
Sebaliknya, bila jumlah jaringan yang rusak cukup bermakna jaringan yang rusak harus diperbaiki oleh proliferasi sel-sel hospes berdekatan yang masih hidup. Perbaikan sebenarnya melibatkan dua komponen yang terpisah tetapi terkoordinir. Pertama disebut regenerasi Hasil akhirnya adalah penggantian unsureunsur yang telah hilang dengan jenis sel yang sama. Komponen perbaikan kedua melibatkan proliferasi unsur-unsur jaringan penyambung yang mengakibatkan pembentukan jaringan parut.

J. Penyembuhan luka dan Abses
Koordinasi pembentukan parut dan regenerasi barangkali paling mudah dilukiskan pada kasus penyembuhan luka kulit. Jenis penyembuhan yang paling sederhana terlihat pada penanganan luka oleh tubuh seperti pada insisi pembedahan, dimana pinggir luka dapat didekatkan agar proses penyembuhan dapat terjadi. Penyembuhan semacam ini disebut penyembuhan primer atau healing by first intention. Setelah teijadi luka maka tepi luka dihubungkan oleh sedikit bekuan darah yang fibrinnya bekerja seperti lem. Segera setelah itu terjadilah reaksi peradangan akut pada tepi luka itu dan sel-sel radang, khususnya makrofag, memasuki bekuan darah dan mulai menghancurkanya.
Dekat reaksi peradangan eksudat ini, terjadi pertumbuhan ke dalam oleh jaringan granulasi ke dalam daerah yang tadinya ditempati oleh bekuan darah. Dengan demikian maka dalam jangka waktu beberapa hari luka itu dijembatani oleh jaringan granulasi yang disiapkan agar matang menjadi jaringan parut. Sementara proses ini berjalan maka epitel permukaan di bagian tepi mulai melakukan regenerasi dan dalam waktu beberapa hari bermigrasi lapisan tipis epitel diatas permukaa luka.Waktu jaringan parut di bawahnya menjadi matang, epitel ini juga menebal dan matang sehingga menyerupai kulit yang didekatnya.
Hasil akhirnya adalah terbentuknya kembali permukaan kulit dan dasar jaringan parut yang tidak nyata atau hanya terlihat sebagai satu garis yang menebal. Pada luka lainnya diperlukan jahitan untuk mendekatkan kedua tepi luka sampai terjadi penyembuhan.
Bentuk penyembuhan kedua terjadi jika luka kulit sedemikian rupa sehingga tepi luka tidak dapat saling didekatkan selama proses penyembuhan. Keadaan ini disebut healing by second intention atau kadang kala disebut penyembuhan yang disertai granulasi
Penyembuhan abses akan berlangsung lebih cepat bila isi abses dapat keluar. Abses kecil akan diorganisasi dan menjadi jaringan ikat. Abses besar hanya sekitarnya akan diorganisasi dan menjadi jaringan ikat.











BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Radang ternya membawa damfak yang positif dan negatif, mengapa demikian karena peradangan sebenarnya merupakan gejala yang menguntungkan bagi tubuh dan menjadi pertahanan, ini semua terbukti dengan adanya netralisasi dan pembuangan agen penyerang, adanya penghancuran jaringan nekrosis dan pembentukan keadaan yang dibutuhkan untuk perbaikan dan pemulihan. Dan reaksi peradangan itu sebenarnya adalah peristiwa yang dikoordinasi dengan baik yang dinamis dan kontinyu. Untuk menimbulkan reaksi peradangan maka jaringan harus hidup dan khususnya harus memiliki mikrosirkulasi fungsional.
Selain itu radang juga membawa efek yang negatif yaitu : Terjadi reaksi hipersensitivitas, Kerusakan organ progresif dan Adanya jaringan parut (scar).
Jadi peradangan adalah rangkaian reaksi yang terjadi pada tempat jaringan cedera. Yang pada proses peradangan tersebut terjadi pelepasan histamine dan zat-zat humoral lain kedalam cairan jaringan sekitarnya.
Radang sendiri menurut klasifikasi yaitu ; menjadi akut dan kronik. Radang akut adalah respon tubuh terhadap rangsangan yang merusak dan diselesaikan oleh pergerakan plasma dan leukosit dari vaskuler ke jaringan yang rusak. Proses ini merupakan perluasan dan pematangan respon peradangan, termasuk sistem vaskular dan imun sekitar serta berbagai macam sel di dalam jaringan yang terluka tersebut. Peradangan yang lama juga disebut dengan peradangan kronik. Radang akut berlangsung cepat, singkat dan biasanya bersifat berat. Radang kronik bersifat menetap, berlangsung untuk suatu periode yang panjang. Proses radangnya dapat dimulai agak cepat atau secara lambat dan pada kasus-kasus tertentu dapat berlangsung beberapa bulan atau beberapa tahun. Radang kronik juga dapat merupakan kelanjutan bentuk akut atau bentuk derajat yang berkepanjangan dan biasanya menimbulkan kerusakan jaringan yang menetap.
Beberapa gejala peradangan diawali dengan timbulnya kemerahan pada bagian tubuh tertentu, peningkatan suhu, nyeri persendian atau rasa kaku pada sendi. Biasanya, peradangan meliputi beberapa gejala yang mirip flu biasa, seperti demam, kedinginan, rasa lelah, kekurangan tenaga, pusing-pusing, kehilangan selera makan dan otot kaku. Tampaknya gejala-gejala itu yang kemudian diistilahkan dengan panas dalam oleh Masyarakat awam di Indonesia.

1 komentar:

Tulis komentar Anda disini